Sabtu, 12 Februari 2011

Berita internasional

Hosni Mubarak Tolak Mundur
Massa Pro Pemerintah Serang Demonstran


KAIRO - Deadline mundur yang ditetapkan oleh kelompok anti pemerintah tidak digubris Presiden Mesir Hosni Mubarak. Penguasa Negeri Firaun selama 30 tahun itu juga tidak menghiraukan tuntutan jutaan warga yang berdemonstrasi seminggu terakhir untuk segera menanggalkan jabatan Jumat (4/2).

Kemarin Mubarak, 82, bahkan memastikan tetap bertahan sebagai presiden hingga masa kepemimpinannya berakhir. Melalui siaran langsung televisi, dia juga berani menyatakan memilih mati di tanah Mesir. "Saya akan memaksimalkan beberapa bulan yang tersisa dari jabatan saya untuk melayani kehendak rakyat," tegas Mubarak saat ditayangkan Al Jazeera Rabu dini hari WIB (2/2) atau Selasa pukul 23.00 waktu setempat.

Mantan komandan angkatan udara yang berkuasa sejak 1981, pasca terbunuhnya sang Presiden Anwar Sadat, itu memastikan tidak akan mencalonkan diri pada pemilihan umum mendatang. Artinya, dia bakal memimpin pemerintahan transisi sampai pemilihan presiden mendatang, yang dijadwalkan September nanti.

Sontak, pernyataan Mubarak tersebut langsung menuai reaksi keras dari kelompok oposisi. Bahkan, ratusan ribu orang di Tahrir Square, Kairo, sangat marah saat menyaksikan langsung pidato Mubarak. Tidak sedikit demonstran yang melemparkan sepatu ke udara. Layar besar yang menayangkan pidato Mubarak itu langsung menjadi sasaran lemparan botol dan batu. Mereka berteriak, "Pergi! Pergi!" sambil mengacungkan sepatu, tanda penghinaan di masyarakat Arab.

Mereka juga bersumpah tidak akan beranjak dari lokasi unjuk rasa di Tahrir Square sampai Mubarak lengser. "Jika Mubarak tetap bertahan sampai September, kami juga tetap di sini sampai September," ujar salah seorang demonstran di lapangan Tahrir, Kairo, Amr Gharbeia, seperti dilansir AFP kemarin.

Di beberapa lokasi lain, para demonstran sontak bersorak, "Turunkan Mubarak!" "Kami tidak terima jika dia tetap tinggal hingga September nanti atau mengalihkan kekuasaan kepada Omar Suleiman (wakil presiden, Red). Dia harus pergi sekarang juga," kata Hassan Moussa, tokoh kelompok oposisi.

Ketika Mubarak mengatakan memilih mati di tanah Mesir dan akan mereformasi konstitusi atau regulasi peserta pemilu, massa langsung murka. "Itu hanya membuat kami lebih marah. Dia harus turun sekarang. Dia tidak boleh menunggu sampai September. Pesawat Mubarak telah siap," ujar Ahmed Defouki, berharap Mubarak kabur ke Jeddah seperti Presiden Tunisia Ben Ali.

Ketika kemarahan kelompok oposisi memuncak pascapidato Mubarak, Rabu sore waktu setempat (2/2) tiba-tiba ribuan pendukung pemerintah menyerang para demonstran di Alun-Alun Kairo. Seperti dilansir dari Associated Press, itulah kali pertama pendukung Mubarak tersebut turun ke jalan. Mereka keluar dengan jumlah yang besar dan mengancam para demonstran untuk mengakhiri aksi.

Pendukung Mubarak itu menerobos barikade pengunjuk rasa anti pemerintah yang berkumpul di Tahrir Square. Massa pro-Mubarak merobek spanduk berisi kecaman terhadap pemerintah. Akibatnya, bentrok besar antara massa yang pro dan anti pemerintahan tak terhindarkan.

Sejumlah orang dari dua kubu itu saling melempar batu. Banyak yang menderita luka di kepala. Sebagian massa pro-Mubarak menyerang dengan berkuda dan naik unta sambil membawa cambuk. Kelompok demonstran tidak tinggal diam. Mereka menyerang balik dengan lemparan batu dan menurunkan massa pro-Mubarak dari kuda atau unta, kemudian memukuli mereka. Beberapa orang terluka parah gara-gara kekacauan tersebut.

Ratusan tentara yang berjaga di sekitar Alun-Alun Kairo tidak melakukan intervensi saat melihat bentrokan hebat itu. Sebagian besar bahkan memilih berlindung di balik kendaraan berlapis baja dan tank yang ditempatkan di pintu masuk Tahrir Square.

Kerusuhan itu terjadi hanya beberapa jam setelah juru bicara militer meminta demonstran membubarkan diri.   Saat itu Kementerian Pertahanan Mesir menyeru para demonstran agar pulang. Sebab, mereka hendak memulihkan situasi yang memburuk selama unjuk rasa.

"Tuntutan kalian sudah didengar. Kami di sini untuk melindungi negara, bukan dengan kekuatan, melainkan cinta kepada Mesir. Saatnya kalian kembali ke kehidupan normal," kata juru bicara Kementerian Pertahanan di stasiun televisi Mesir kemarin.

Lautan manusia terlihat di lapangan Tahrir sepekan terakhir. Ribuan demonstran tetap memilih berkemah di lapangan tersebut selama seminggu. Bukan hanya pria dewasa, perempuan dan anak-anak juga bergabung. Selain Tahrir Square, bentrok hebat antara massa pro-Mubarak dan anti pemerintahan terjadi di lapangan Mahatit Masr, di kota pelabuhan Alexandria.

Dalam pidato yang memicu kerusuhan kemarin, Mubarak menuduh bahwa para pengunjuk rasa telah dimanfaatkan oleh orang-orang yang mencoba "merongrong pemerintahan". Meski begitu, dia berjanji mereformasi konstitusi, khususnya pasal 76 yang tak memberikan kesempatan kepada calon independen untuk maju. Dia juga berkoar akan berkonsentrasi memperbaiki kondisi ekonomi dan menyediakan lebih banyak lapangan kerja.

"Saya akan mengalihkan kekuasaan dengan segala cara untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Pemerintahan baru ini akan memenuhi semua keinginan dan harapan rakyat Mesir dalam hal politik, ekonomi, dan sosial. Generasi muda memiliki hak untuk melakukan aksi, tapi jangan sampai mudah diprovokasi," imbuhnya.

Ketika Mubarak berpidato kemarin, sambungan internet di Mesir telah dibuka lagi setelah ditutup lima hari. Kini beberapa situs di Mesir, termasuk milik Kedubes AS di Kairo, Bank Sentral Mesir, maupun Bursa Saham Mesir, sudah dapat diakses. Pemblokiran internet tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk menangkal gerakan oposisi yang menggunakan Facebook dan Twitter sebagai media komunikasi mereka.

Tidak lama aksi bentrok terjadi. Pemimpin unjuk rasa anti pemerintah Mohamed ElBaradei melalui televisi Al Jazeera tetap mengancam Mubarak harus mundur Jumat. Jika Mubarak belum mundur, gelombang demonstran bakal semakin besar. Dikhawatirkan, situasi itu kembali melumpuhkan Mesir. "Kami tidak mengubah deadline untuk Mubarak," jelasnya.

ElBaradei juga mendesak aparat militer segera mengambil tindakan. "Ini bukan saatnya bagi pasukan militer bersikap netral. Ini waktunya mencegah jatuhnya korban jiwa. Saya meminta militer melerai untuk melindungi jiwa warga Mesir," tutur ElBaradei.

Militer Mesir mengeluarkan tembakan peringatan di antara kerumunan massa. Namun, aksi bentrok belum juga berakhir. Pasukan militer Mesir hanya berjaga-jaga tanpa berusaha melerai dua kubu tersebut. ElBaradei mengatakan, kerumunan massa pro-Mubarak yang menyerang massa demonstran dimotori polisi berpakaian preman.

Sejumlah pihak pun mencurigai hal tersebut. Namun, menteri dalam negeri di pernyataan sebelumnya telah membantah tuduhan itu. Aksi penyerangan ke arah demonstran tersebut juga dikutuk Sekjen PBB Ban Ki-moon. Menurut dia, serangan terhadap massa unjuk rasa yang berlangsung damai itu tidak dapat diterima.(AP/AFP/fal/zul/c11/c5/iro)

KAIRO, KOMPAS.com — Dua orang pengunjuk rasa anti-Presiden Mesir Hosni Mubarak dilaporkan tewas setelah terdengar suara tembakan Tahrir Square, Kairo, Kamis (3/2/2011), demikian saksi mata seperti dikutip kantor berita AFP.

Saksi mata juga mengatakan, banyak orang yang terlukan akibat tembakan yang datang dari arah  "Jembatan Oktober", tempat para pendukung Hosni Mubarak berkumpul.

"Tembakan sporadis terdengar sekitar pukul 04.00 waktu setempat (pukul 09.00 WIB) dan masih terus terdengar hingga kini," sebut koresonden AFP.


berarti dia salah satu dr dua yg meninggal ya?
ktnya anggota United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), ini sukarelawan atau gmn?
turut berduka cita :'(

ini beritanya :

Imanda Terjebak Baku Tembak

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam pesan Blackberry Messanger (BBM) yang dikirimkan Imanda Amalia, ia mengabarkan bahwa dirinya terjebak dalam baku tembak. Imanda adalah warga negara Indonesia (WNI) yang tewas di Mesir, seperti diinformasikan "Science of universe" di Facebook. Pesan terakhir BBM Imanda diposting seorang Facebooker, Pumy Kusuma. BBM itu dikirimkan pukul 21.45, Rabu (3/3/2011) waktu setempat.

"Doakan ...manda,Kami tjebak dalam baku tembak. Ambulance tertembak. Terkena lemparan batu. Blom bisa d evakuasi karna massa makin memanas," demikian bunyi pesan BBM yang dikirimkan Imanda.

Imanda adalah WNI yang bertugas di United Nations Relief and Works Agency (UNRWA). Hingga saat ini, belum diperoleh konfirmasi dari Kementerian Luar Negeri mengenai informasi tewasnya seorang WNI ini. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene, yang dihubungi Kompas.com, melalui dua nomor ponselnya, belum menjawab panggilan.
 
 
AS Bahas Rencana Lengserkan Mubarak

WASHINGTON, KOMPAS.com — Pemerintah AS sedang membahas dengan beberapa pejabat Mesir sebuah rencana yang memungkinkan Presiden Hosni Mubarak segera mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan transisional yang dipimpin oleh Wakil Presiden Omar Suleiman.

Laporan harian New York Times yang mengutip keterangan dari beberapa diplomat Presiden AS Barack Obama dan diplomat Mesir menyebutkan rencana itu ditujukan untuk mendapatkan dukungan dari militer Mesir.

Meskipun Mubarak menolak untuk menyerahkan jabatannya, pejabat dari kedua pemerintahan aktif menggelar sejumlah perundingan untuk menyusun rencana guna melancarkan jalan bagi Suleiman dengan mendapat dukungan militer Mesir untuk segera memulai proses reformasi konstitusional.

Menurut New York Times, proposal rencana itu juga mencakup seruan dibentuknya pemerintahan sementara, yang melibatkan sejumlah besar kelompok oposisi, termasuk kelompok terlarang Ikhwanul Muslimin, guna memulai proses penyelenggaraan pemilu yang bebas dan adil pada September mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar